Filsafat hidup dan filsafat akademik
Jika filsafat itu sendiri dijadikan obyek pemikiran,
setidaknya ada dua sisi penting di dalamnya yaitu sisi fungsi dan artinya bagi
manusia.Dari sisi pertama menunjuk adanya suatu filsafat hidup, sedangkan pada sisi kedua
mengandung arti keilmuan yang kemudian dapat di sebut sebagai filsafat akademik.
1. Filsafat Hidup
Sering dikenal sebagai way of life atau pedoman hidup yang kemudian membentuk cara hidup yang mendasarkan
diri pada suatu paham untuk mencapai tujuan
hidup.
Adapun dasar atau sumber
filsafat hidup itu adalah paham-paham atau aliran-aliran yang bersumber dari
agama-agama, kepercayaan-kepercayaan.Kebudayaan dan adat istiadat yang berlaku
dan yang hidu. Misalnya ada filsafat hidup orang Bugis – Makassar, orang jawa,
bangsa Indonesia dan sebagainya.
Dari filsafat hidup menimbulkan sikap dan cara hidup yang pada gilirannya dapat membentuk tingkah laku teratur dan konsisten, penuh
segala konsekwensi agar kemudian sampai pada tujuan hidup yaitu kebahagiaan hidup.
Selanjutnya, suatu filsafat hidup
dapat dikembangkan dari dan dengan cara keyakinan.Di sini tidak ada teori
apapun kecuali langsung melakukan penghayatan atas pedoman-pedoman atau
norma-norma yang telah diyakini kebenarannya. Dalam penghayatan ini tidak ada
kritik apapun kecuali ketaatan dan kepatuhan menjalankan prinsip-prinsip hidup
yang telah diyakini.
Oleh karenanya, filsafat hidup
biasanya bersifat tertutup. Dari sinilah ideologi suatu bangsa muncul untuk
selanjutnya dapat membentuk suatu nasionalisme emosional.Seperti Naziisme,Shintoisme.Pancasila-isme dan sebagainya.
2. Filsafat
Akademik
Berbeda hanya dengan filsafat
hidup, filsafat akademik mempelajari
obyek menurut cara pandang, metode dan
system tertentu untuk mencapai kebenaran
yang dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian jelaslah apa menjadi
sasaran filsafat akademik adalah pengetahuan
hakiki mengenai hal atau barang
sesuatu.Pengetahuan demikian, selanjutnya menjadi dasar perilaku etis dan
sangat berguna bagi penentuan pedoman atau dasar untuk berbuat yang benar, agar
kebenaran sejati dapat diaktualisasikan. Perlu diketahui bahwa kebenaran
demikian adalah kondisi mutlak bagi terselenggaranya etika kehidupan berupa kebahagiaan hidup.
Selain itu, filsafat akademik
bersifat terbuka. Oleh karena itu hal-hal seperti pembuktiaan, verifikasi,
kritik dan sebagainya adalah sah-sah saja.Langkah-langkah ini semua justru
disebabkan oleh fakta keterbatasan akal ratio dan bervariasinya pengalaman
hidup manusia. Tidak seperti filsafat hidup, filsafat akademik bisa sifat
keterbukaan itu mengakibatkan filsafat akademik cenderung untuk bertanya secara
terus menerus, sampai pertayaan itu sedapat mungkin bisa diberikan
jawabannya.Apa yang dapat diharapkan dari sikap kritik itu, tidak lain adalah
dapat terbukanya rahasia yang mebungkus realitas ini, sehingga segala
sesuatunya menjadi gamblang.
Kemudian
filsafat akademik tidak hanya sampai pada taraf berpikir ilmiah saja, melainkan
lebih dari pada itu tertuju kepada pemikiran
radikal , untuk kemudian sampai pada pengetahuan
yang hakiki artinya, tidak hanya melalui satu cara pandang, metoda dan sistem saja, melainkan secara komprehensip menyuluruh. Artinya, dalam rangka mendapatkan
pengetahuan hakiki itu, setiap cara pandang, metoda dan sistem itu dikaitkan
secara integral dan dikerjakan secara sinergik dan konsisten. Dari sini
tampaklah bahwa tugas filsafat adalah memberikan kritik secara radikal. C.A. Van Peursen menggambarkan filsafat
sebagai seni bertanya, filsafat tidak merumuskan jawaban, tetapi merumuskan
pertayaan-pertayaan. D.C.Mulder menjelaskan
bahwa filsafat adalah berpikir ilmiah , tetapi
tidak setiap pemikiran ilmiah itu
filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar