Senin, 07 Januari 2013

Ilmu dan Pengetahuan



MASALAH PENGETAHUAN

A.  Apakah  pengetahuan  itu
Pengetahuan kata dasarnya tahu,mendapatkan pe dan an. Yang menunjukkan adanya proses mengetahui yang kemudian menghasilkan sesuatu yang disebut pengetahuan. Sebagai salah satu bidang filsafat, masalah ini dipersoalkan secara khusus di dalam epistemologi, yang berasal dari bahasa Yunani epistime yang berarti pengetahuan.
Adapun pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada sebagai sebuah keniscayaan pada diri manusia. Keberadaanya berawal dari kecenderungan psikhis manusia sebagai bawaan kodrati yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari keinginan atau kemauan.Sedangkan keinginan adalah unsur kekuatan jiwa, sebagai bagian dari tripotensi kejiwaan berupa akal pikiran (ratio), perasaan (emotion/feeling) dan keinginan (will). Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling mempengaruhi, menurut situasi dan keadaan. Artinya, dalam keadaan tertentu pikiran atau perasaan bisa lebih dominan.Konsekwensinya, maka ada pengetahuan akal (logika), perasaan (estetika), dan keinginan (moral). Akan tetapi idealnya pengetahaun seharusnya mengandung kebenaran sesuai dengan prinsip akal, perasaan dan keinginan. Dengan kata lain , pengetahuan  yang benar haruslah dapat diterima dengan akal sekaligus diterima oleh perasaan dan keinginan.
Kenyataanya, manusia dapat meraih pengetahuan tidaklah dengan serta merta. Hal ini justru disebabkan karena keterbatasan kemampuan manusia itu sendiri.Oleh karenanya, maka pengetahuan diperoleh menurut proses yang kiranya dapat diterangkan sebagai berikut ini.
Pada mulanya, manusia berada dalam kondisi tidak tahu apa-apa.Meskipun peryataan ini meragukan, tetapi marilah kita sepakati terlebih dahulu.Katakanlah ketika manusia itu masih dalam keadaan sebagai bayi atau kanak-kanak.Ia sekolah hanya bisa percaya dan menerima apa saja dari orang tua sebagai kebenaran. Selanjutnya setelah potensi psikis berkembang pada titik kesadaran tertentu, barulah ada di dalam keadaan kagum dan heran. Dengan perasaan kagum dan heran ini, manusia mulai meragukan apa saja baik itu benar ataupun salah. Dari sini muncullah dorongan ingin tahu secara benar dan pasti mengenai barang sesuatu sehingga bisa memuaskan. Itu adalah langkah terakhir yang disebut kepastian.
Adapun dorongan ingin tahu untuk sampai pada taraf kepastian itu, terangkum di dalam 4 (empat) pertayaan ilmiah, yaitu : apa, mengapa bagaimana dan kemana. Dengan ke empat pertayaan ilmiah itu, persoalan mengenai apa yang dimaksud dengan pengetahuan yang pasti benar menjadi jelas.
Pertayaan apa, menuntut jawaban berupa essensi/subtansi atau diri (hakikat). Obyek yang ingin diketahui.Misalnya,apakah ini ? itu adalah air. Jawaban ini menjelaskan bahwa barang sesuatu itu bersubtansi atau tergolong ke dalam dari atau berhakikat air, bukan yang lain.Pertayaan ini menduduki tahap pertama dalam proses terjadi pengetahuan.
Selanjutnya pertayaan mengapa,menuntut jawaban berupa sebab musabab (causalities) bagi adanya barang sesuatu sebagai obyek. Misalnya mengenai air tadi, dapat diterangkan sebab-musab adanya dengan banyak cara. Salah satu diantaranya seperti yang dijelaskan oleh para ahli fisika/kimia, sebagai berasal mula dari persenyawaan antara zat hidrogen dan oksigen dalam perbandingan dua banding satu.
Berikut mengenai pertayaan bagaimana. Apa yang dituntut dari pertayaan ini adalah pengetahuan mengenai halikwal yang bersangkutan dengan keberadaan barang sesuatu. Misalnya mengenai cara-cara beradanya, jenis, bentuk dan sifat-sifatnya pada contoh air tadi, bisa berada dengan cara hujan, dengan menggali sumber dan sebagainya, lalu disebut sebagai berjenis air hujan, air sumur dan sebagainya. Adapun mengenai bentuk sifat-sifatnya adalah sebagai zat cair (bukan zat atau gas dan lain-lain).
Sedangkan pertayaan kemana, menuntut jawaban berupa tujuan (tellos), bisa juga kegunaan (utility) atau fungsi. Contoh mengenai air tadi berguna dan berfungsi sebagai adanya hidup akan kehidupan di bumi ini.
Jadi dengan  ke-empat ilmiah tadi secara umum diperoleh pengetahuan dasar mengenai identitas obyek.Sehingga dengan demikian tidak akan ada kesimpang-siuran pengetahuan mengenai suatu obyek dengan obyek-obyek lain.Khususnya dalam hal obyek yang berbeda-beda tetapi dalam satu jenis.

 Adapun mengenai masalah yang bersangkutan dengan persoalan apakah pengetahuan, masih ada satu hal lagi, yaitu mengenai masalah hal apa saja yang harus diketahui. Apa yang ingin diketahui adalah obyek-obyek apa saja dalam wujud keberadaan yang bagaiamanapun jika disebutkan, obyek pengetahuan itu bisa berupa benda – benda mati (padat,cair dan gas), benda – benda hidup (vegativa dan zoologia), manusia (human being) dan bahkan Tuhan Sang Pencipta sendiri. Dari sini terlihat bahwa dorongan ingin tahu itu tidak terbatas pada apakah hal sesuatu(obyek) itu dapat diketahui secara pasti atau tidak.
B.    Mengapa pengetahuan itu ada
Persoalan ini dapat dikembalikan kepada pendukung (subject) pengetahuan itu sendiri, yaitu  manusia. Seperti telah disinggung di atas bahwa di dalam manusia terdapat sifat kodrat berupa kecendurungan ingin tahu. Tegasnya ingin tahu mengenai apa saja, dalam taraf yang bagaimana secara terus-menerus.
Pada sisi lain, manusia itu hidup dan berkehidupan. Banyak masalah yang terkandung di dalamnya, di mana hal ini justru sebagai konsekuensi dari adanya tujuan hidup itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam rangka pencapaian tujuan hidup inilah semua masalah itu perlu dipecahkan satu persatu. Pemecahan masalah-masalah ini penting agar kebutuhan-kebutuhan hidup yang relevan dengan tujuan hidup dapat pula satu persatu disediakan. Untuk memecahkan masalah-masalah diperlukan pemikiran-pemikiran dan pengalaman yang cukup. Dari dialetika pemikiran dan pengalaman itulah secara dialetik pula pengetahuan lahir dan berkembang jadi Nampak jelas bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang mutlak perlu bagi manusia.
Menjadi lebih jelaslah kiranya jika diterangkan dengan cara sebaliknya. Bagaimana seandainya tidak mengupayakan adanya pengetahuan ? apakah ia cukup hanya dengan instingnya saja bisa hidup ? jika dijawab ya, maka apa bedanya dengan binatang ?
Jadi sebenarnya hal yang menentukan bagi adanya pengetahuan itu adalah tripotensi kejiwaan manusia itu sendiri. Yaitu cipta / pikiran, rasa dan karsa / kemauan. Cipta berperang sebagai alat atau cara untuk memecahkan persoalan, sedangkan rasa lebih berperang sebagai penghalus sikap dan perilaku sehingga substansi persoalan dapat dipecahkan, dan karsa sebagai pembangkit semangat sehingga kelangsungan upaya pemecahan masalah tidak terhenti. Maka dengan pengetahuan manusia bisa mempertahakan dan mengembangkan hidup dan kehidupannya demi tercapaianya tujuan hidup.
Mengenai sebab-musabab pengetahuan, juga bersangkutan erat dengan maslah sumber-sumber pengetahuan. Dikenal ada beberapa sumber, yaitu 1) Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat istiadat dan agama 2) Kesaksian orang lain 3) Panca indera (pengalaman),4) Akal pikiran 5) Intuisi.
Sumber pertama (kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama), adalah merupakan warisan masa lalu, warisan nenek moyang.Biasanya sumber ini berbentuk norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku didalam hidup sehari-hari. Didalam norma-norma atau kaidah-kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya kadang tidak dapat dibuktikan dengan jelas, akan tetapi sulit diganggu-gugat dan kritik. Jadi harus diikuti begitu saja.Jika dipertanyakan mengapa bagi muslim harus menghadap kea rah kiblat ketika sholat,ziarah ke makam,dan sebagainya, maka tidak ada jawaban lain kecuali begitulah adat dan kepercayaanya. Demikian masih banyak contoh hal-hal bertebaran di dalam hidup sehari-hari yang bersumber dan adat istiadat, kepercayaan dan agama-agama yang hidup di dalam masyarakat yang berbeda-beda.
Sumber kedua, kesaksian orang lain yang berdasarkan otoritas, juga masih diwarnai oleh kepercayaan kepada orang lain,guru,ulama,orang yang dituakan dan sebagainya. Semua apa yang mereka katakana benar atau salah,baik atau buruk pada umumnya diikuti dan dijalankan begitu saja.Karena kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang berpengetahuan lebih luas dan benar.Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada apakah orang-orang itu bisa dipercaya atau tidak. Lebih dari pada itu apakah kesaksian pengetahuannya itu sebagai hasil pemikiran,penelitian atau pengalaman yang benar atau tidak. Jika kesaksiannya adalah merupakan kebohongan, maka hal ini akan membahayakan kehidapan manusia dan masyarakat itu sendiri.
Selanjutnya mengenai sumber ketiga pengalaman inderawi.Sejauh manakah tingkat kebenarannya ? bagi manusia pengalaman inderawi adalah shalat vital bagi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata,telinga,hidung, lidah dan kulit orang bisa menyaksikan secara langsung kebenaran mengenai suatu obyek secara langsung.

Tetapi, apakah daya kemampuan panca indera dalam menangkap kebenaran obyek bisa dipercaya dan diyakini ? bukanlah kita sering tertipu dengan kesaksian-kesaksian indera ? Lihatlah peristiwa-peristiwa seperti gaung,ilusi,halusinasi,fatamorgana,tangis, atau tawa seseorang dan sebagainya,seringkali menipu daya indera kita. Karena sesungguhnya kemampuan pancaindera itu amat terbatas. Terbatas hanya kepada obyek-obyek yang menampak (appearance being) dan yang fisis atau yang terlihat,terdengar,tercium,tercecap dan terasa saja.Kecuali itu kenyataanya ada obyek yang sebenarnya (actual being) tersirat di dalam yang fakta inderawi itu. Kenyataanya banyak orang yang tersesakdan celaka karena keputusan dan penilainaan yang diberikan menurut penginderaan peristiwa alam dan ulah orang seorang itu salah.Oleh sebab  itu kemampuan pancaindera sering diragukan kebenarannya.Pepatah dalam bahasa inggris mengatakan appearances are deceiving (apa yang menampak tidak selalu dipercaya).
Sumber ke-empat yaitu akal pikiran.Berbeda dengan pancaindera, akal pikiran memiliki sifat yang lebih rohani. Karena itu lingkupan kemampuannya melebihi pancaindera, menembus sampai kepada hal-hal yang metafisis. Kalau pancaindera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis, yang satu persatu dan berubah-ubah. Maka akal pikiran mampu menangkap hal-hal yang spiritual, yang seragam dan yang tetap tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu akal pikiran senantiasa meragukan pengetahuan semu dan menyesatkan.
Singkatnya akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum,obyektif dan pasti yang sifatnya tidak berubah-ubah.Sehingga dengan demikian dapat diyakini kebenarannya, meskipun bersifat apriorik-deduktif. Misalnya jika semua orang makan daging, dan Si A adalah manusia, maka si A pasti makan daging. Hasil pengetahuan dari cara berpikir silogistik ini, keberanannya tidak bisa dibantah lagi karena bersifat pasti, meskipun deduktif. Akan tetapi kalau secara factual teryata ada satu orang saja yang teryata memang tidak makan daging, maka kemampuan pikiran silogistik itu tidak bisa berbicara banyak mengenai kebenaran.
Sumber ke-lima yaitu intuisi, adalah merupakan gerak hati yang paling dalam jadi sangat bersifat rohani, melampaui ambang batas akal pikiran. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi, adalah merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya tanpa melalui sentuhan indera ataupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seorang memutuskan untuk berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alas an yang jelas, maka ia berada dalam pengetahuan yang intutif. Dengan demikian, pengetahuan ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut pengalaman inderawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara individual belaka.
Dari kelima sumber tersebut, memberikan gambaran umum mengenai sebab-musabab adanya pengetahuan yang kiranya dapat disederhanakan sebagai berikut :
Pada mulanya pengetahuan didapatkan dengan cara percaya. Yaitu percaya kepada adat-istiadat, agama-agama dan kesaksian orang lain.Selanjutnya, melalui kemampuan panca indera / pengalaman kepercayaan itu mulai di ragu kan kebenaranya.Ketika akal pikiran mulai bekerja, maka mulai ada perkiraan, yaitu ketika faktor-faktor yang mengiyakan atau menidakkan mulai berat sebelah. Begitu seterusnya apabila berat sebelahnya semakin menjadi nyata, maka kemudian berturut-turut menjadi pendapat,kepastian,dan keyakinan.


2 komentar:

  1. kenalilah dirimu maka kamu akan mudah untuk mengenal oranglain, begitu halnya dengan konsep mencari ilmu kenalilah dan pahamilah, sehingga nantinya akan mudah untuk berbuat

    BalasHapus
  2. yayayayaya..
    mantap kanda..

    agar terhindar dari karakter MANUSIA SEOLAH-OLAH..
    heheheh..

    BalasHapus