ISI DAN ARTI FILSAFAT
A. Manusia dan filsafat
Manusia adalah mahluk yang unik.ia tahu bahwa ia tahu
dan juga ia tahu bahwa ia dalam keadaan tidak tahu. Ia mengenal dunia
sekelilingnya dan lebih dari pada itu,ia mengenal dirinya sendiri. Karena itu
ia bisa jujur dan bisa juga berbohong.
Dari pada
makhluk yang lain,manusia memiliki kelebihan.Yaitu memiliki daya-daya psikhis yang bersumber dari cipta,rasa
dan karsanya. Dengan tiga daya psikhis itulah yang ia mempersoalkan diri dan kehidupannya
sendiri, diri dan kehidupan orang lain baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.Dalam rangka kepentingan
itu manusia senantiasa memikirkan dunia sekelilingnya,dan asal mula segala
sesuatu ini.
Selanjutnya mencoba mengarahkan daya cipta, rasa dan
karsanya itu untuk memahami eksistensinya,dari mana sesungguhnya segala sesuatu
ini berasal pula, di mana berada dan mau kemana perginya.Akan tetapi nyatanya
usaha ini belum pernah berhasil secara gemilang.Manusia tetap saja dalam
keberadaan yang diliputi sepenuhnya dengan tanda Tanya (ketidaktahuan). Keberadaan
manusia yang demikian itu, bagaikan memahami sebuah buku yang langsung mengenai
isinya, tanpa bagian pendahuluan dan kesimpulan yang jelas.Jadi tugas manusia
adalah menyusun sistematika bab pendahuluan itudan memberikan kesimpulan
sepasti mungkin berdasarkan fakta-fakta yang tergelar dalam isi buku
itu.Keadaan seperti itu, bagaikan menangkap seekor kucing di dalam kamar yang
gelap gulita.Manusia hanya bisa meraba-raba dan menduga-duga saja.
Peryataan itu bisa dijelaskan dengan menunjukkan fakta
bahwa manusia tidak pernah tahu secara gamblang dari mana ia berasal dan mau
kemana ia mau pergi.Ia hanya sedikit tahu tentang keberadaanya di sini ini dan
sekarang ini.Manusia paham betul atas fakta hidup, tetapi seringkali begitu
bodoh terhadap kehidupan, ia mengerti makanan, minuman, pakaian dan sebagainya,
tetapi seringkali hal itu justru menghancurkan kesehatan lahir bathinnya
sendiri.Selanjutnya, manusia semakin tidak mengerti mengenai hubungan antara
kesehatan dengan asal mula dan tujuan hidupnya.Manusia kenyataanya terlalu jauh
terlibat dan melibatkan diri terhadap hal-hal yang aksidensial, menempel dan
sekunder, tetapi semakin tidak peduli terhadap hal-hal
yang subtansial dan primer.Lihatlah bagaiamana cara
manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, makanana, minuman pakaian,perumahan dan
segala peralatan hidup diwujudkan semakin jauh dari nilai-nilai primer
subtansialnya bagi kesehatan dan keberadaanya sendiri sebagai manusia.
Berdasarkan
atas kenyataanya yang ada pada dirinya bahwa ada pengetahuan yang pasti
mengenai ketidaktahuannya, maka manusia senantiasa terus menerus, mencari keterangan tasa ketidaktahuannya itu. Dari
keterangan-keterangan yang diperoleh, manusia mencoba menyusun suatu
sistematika yang integral dan konsisten, sehingga bisa dijadikan suatu
pandangan yang sedapat mungkin bisa memperjelas dasar dan tujuan keberadaanya
sebagai manusia.
Demikianlah
sesungguhnya manusia, siapa saja eksist dalam suasana yang diliputi dengan
pertayaan-pertayaan. Hal ini berarti manusia harus eksist didalam dan pada
dunia filsafat.Sedangkan filsafat itu mempunyai kondisi yang berbeda-beda dan
hidup subur di dalam aktualisasi keadaan manusia yang beraneka ragam.Jadi,
dapatlah bahwa Karena filsafat, maka suatu makhluk menjadi manusia,dan karena
manusia, maka pastilah bersifat.Filsafat menjadi cirri khas manusia.
b.
Arti etimologis filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia,yang
terdiri atas kata Philein atau Philia, yang berarti cinta, dan sophia, yang berarti kearifan.
Selanjutnya, filsafat biasanya
diartikan cinta kearifan atau cinta
kebijaksanaan.(Lihat The Liang Gie, 1977).
Dari definisi tersebut tergambarlah bahwa filsafat
mempunyai kandungan yang berisi suatu pengetahuan mendalam dan meluas. Di dalam
istilah philia yang berarti cinta,
melukiskan adanya dua pihak yang saling berhubung-hubungan.Adapun sasaran
hubungannya adalah persatuan.Pihak yang pertama sebagai subyek sedangkan pihak yang kedua sebagai obyek.Selanjutnya, hubungan antara subyek dan obyek itu ditentukan oleh
adanya pengetahuan bagi subyek mengenai obyek.Dengan perkataan lain, tingkat hubungan
antara subyek dan obyek itu selanjutnya sangat ditentukan oleh adanya tingkat
kualitas dan kuantitas pengetahuan.Semakin mendalam dan meluas pengetahuan yang
diperoleh subyek mengenai obyek itu,maka semakin eratlah keterkaiatan persatuan
diantaranya.
Sedangkan kata shopia
berarti kebijaksanaan juga mencerminkan
pengetahuan yang sangat mendalam.Karena kebijaksanaan pada dasarnya adalah
suatu tingkah laku yang didorong oleh daya psikhis karsa yang selalu berujud
dinamika kesenambungan rasa ingin tahu
mengenai apa saja sampai pada taraf yang
mana dan bagaimanapun selanjutnya daya psikhis cipta melakukan kegiatan
analisis dan sintensis secara kreatif, sehingga akhirnya memberikan
keputusan-keputusan yang disesuaikan dengan daya psikhis rasa.
Selanjutnya kedalam dan keluasan pengetahuan yang
terkandung didalam filsafat dikembangkan oleh sementara ahli piker (filsuf)
dalam bentuk-bentuk definisi antara lain sebagai berikut :
v Menurut Plato,
filsafat harus mesti berlangsung dengan mengeritik pendapat-pendapat yang
berlaku.jadi kearifan atau pengertian intelektual diperoleh melalui suatu
proses pemeriksaan secara kritis, diskusi dan penjelasan mengenai
gagasan-gagasan.
v Aristiteles beranggapan bahwa filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki tentang hal ada sebagai sesuatu yang berbeda dengan
bagian-bagiannya yang satu atau lainnya.
v Betrand Russell, filsafat memeriksa secara kritis asas-asas yang
dipaki dalam kehidupan sehari-hari, dan mencari suatu ketidak-selarasan yang
dapat terkandung di dalam asas-asas itu.
v Sedangkan Louis
O. Kattsoff berpendapat bahwa filsafat tidakmembuat roti,namun demikian
filsafat dapat menyiapkan tungkunya, menyisihkan noda-noda dari tepungnya,
menambah junlah bumbunya secara layak dan mengangkat roti itu dari tungkungnya
pada waktu yang tepat.
KENALILAH DIRIMU, SIAPA YANG TIDAK MENGENAL DIRINYA BERARTI DIA MENGENAL TUHANNYA
BalasHapusmantap broooooo
BalasHapus